Sabtu, 15 Desember 2012

KEIKHLASAN awal KEHARMONISAN

Sekedar ingin berbagi
ketika saya mendapati sebuah masalah banyak orang bicara, "yang ikhlas ya" tapi anehnya mereka yang bicara tentang keikhlasan pun saat menghadapi masalah yang mirip dengan masalah saya justru kegalauannya mencapai tingkat internasional dan tanpa terkena roaming..

"Ikhlaslah agar menjadi harmonis" , kata ayah Kubro

ikhlas itu apa sih?
ikhlas itu bagaimana?
ada ilmunya gak?

pasti pertanyaan itu muncul di dalam pikiran kita ya? bahkan mungkin dalam perasaan kita..
"Perasaan saya ikhlas lho melakukan semua itu, saya ikhlas lho berkorban ini-itu demi kamu"

jangan dulu percaya dengan kata-kata seperti itu..kenapa? karena ikhlas itu hanya pelaku keikhlasan sendiri dan Sang Maha Ikhlas lah yang mengetahuinya.. 

ada cerita sedikit tentang Ikhlas..Seorang teman bertanya pada saya, "Mba, kata guru ngaji saya ikhlas itu seperti membaca surat Al-Ikhlas , di mana tidak ada satupun kata IKHLAS di dalamnya..maksudnya apa ya?"

yaa betul, Ikhlas adalah sesuatu yang tidak pernah terucap tp mungkin bisa dirasakan..Ikhlas itu menjejak tanpa bekas..

terus apa hubungannya dengan keharmonisan dalam hidup?

terlepas benar atau salah, kita sebagian orang selalu saja menolak dengan kejadian-kejadian yang tidak sesuai keinginan kita. Menurut hasil perenungan saya itu namanya menolak kehendak Tuhan, dalam falsafah Jawa ada istilah Narimo Ing Pandum..Menerima segala sesuatu yang diberikan oleh Sang Khaliq..terserah Sang Khaliq mau memberi apa ke kita , tergantung apa yang sudah kita lakukan..Perbuatan kita baik atau buruk?semakin kita mengeluh terhadap apa yang diberi Tuhan, maka kehidupan kita akan terasa lebih berat, karena kita ingkar terhadap janji kita.. "mati dan hidupku hanya untukMU", "Kuciptakan manusia,jin, dan malaikat untuk beribadah"
sikap menerima kita juga termasuk ibadah..dan dalam beribadah tidak lain yang dituju hanya Tuhan, tanpa pamrih..
sulit?
betul lebih baik sulit dari pada gak bisa, kurang lebih begitu kata Gobind Vashdev dalam bukunya Happiness Inside
kadang kita sering misuh-misuh (memaki-maki),menggerutu,mencucu kalau kita mendapat sesuatu yang gak sesuai dengan keinginan kita..tidak pembaca pun saya..tapi jangan salahkan Tuhan jika keadaan itu akan memakan waktu yang lebih lama dan juga akan merusak kondisi psikologis kita.. :)
mengotori jiwa, jadi galauers sejati..soalnya yang dipisuhi (dimaki) adalah kehendak Tuhan..hehehe..
kalau udah galau, sikap kita jadi gak jelas..marah-marah gak jelas yang akhirnya memicu permusuhan dengan orang lain,dsb. jadi gak harmonis deh :D

mari kita bertanya pada diri sendiri sebelum kita memaki keadaan saat kita dibohongi orang, saat kita dihina, saat kita dicaci, atau apapun yang terjadi dalam perjalanan kita, siapakah yang pertama kita bohongi, kita hina, kita caci atau kita puji? Tuhan , orang tua, diri sendiri atau keadaan yg tak sesuai keinginan kita?

dan marilah kita tertawai diri kita yang amat bodoh dan hina ini serta dilakoni kanthi ikhlas ya :) karena Segala sesuatu tercipta dengan tujuan yang mulia bukan untuk kesia-siaan belaka..

_/\_ Salam

Kaulah Keindahan dibalik Keindahan

Ketika bibir ini memuji, sebesit ingin hadir
Tapi biarkan aku terus memujiMU
mungkin tampak hampa
dan terselip kepalsuan dalam pujianku
namun aku ingin terus memujiMU
melalui semua yang tercipta
melampaui dualitas
baik dan buruk
enak dan tidak enak
suka dan duka
tawa dan tangis
hanya ada kau
KEINDAHAN
yaa
agar semua tahu Kau adalah KEINDAHAN dibalik KEINDAHAN


(Semarang, 16 Desember 2012)

Sabtu, 17 November 2012

Nilai yang Pudar

Ketika semua telah kalah dengan UANG
Masih layak kah manusia disebut makhluk sosial?
Lalu ke mana perginya Sang Penuntun sejati yang bersumber pada hati?
Ke mana larinya hubungan Manusia-Tuhan-Alam Semesta?
Gusti...
ini khilaf kami sebagai khalifah yang KAU percayai
Gusti...
bukakan pintu hidayah dan rahmatMU 
tuk selalu terangi perjalanan kami

Cermin Buram

Kini terlalu banyak cermin untuk kita berkaca demi menemukan citra diri
Namun apa?
Hanya ada refleksi diri, pergantian topeng tanpa akhir!
Mana cermin sejati yang dulu setia memantulkan rangkaian makna-makna hidup?
Perlukah memecahkan cermin buram ini?
Sanggupkah diri membersihkannya?

Jumat, 09 November 2012

KATA PENGANTAR 'BERLAYAR TANPA KOMPAS '



Bismillahirrahmaanirrahiem

PENGANTAR

                Ada yang menyedak dalam dada, ketika penulis buku ini –merry dan cheryn- meminta saya menulis pengantar. Betapa tidak? Buku ini adalah ungkapan ketakberdayaan, ketiadaan harapan, dan keputusasaan. Inilah nasib jiwa-jiwa melankolis imut-imut, lugu, dan lembut, yang harus berhadapan dengan tirani kapitalisme lanjut seperti sekarang ini. Mereka hidup dalam ketegangan eksistesial dan tarik menarik yang terus menerus. Antara kesadaran dan ketidaksadaran. Antara kemampuan dan ketidakmampuan memaknai hidup. Antara keceriaan dan kediaman. Antara kasih dan dendam. Antara serius dan main-main. Tentu saya tidak akan pernah bisa merasakan bagaimana kepiluan hidup demikian ini yang sesungguhnya. Saya hanya penonton yang erklaren. Merembug faktor-faktor eksternal yang sesungguhnya menjadi penentu munculnya gejala-gejala skizofren ini. Dengan kata lain gejala-gejala skizofren ini adalah konstruk dari kapitalisme lanjut sekarang ini. Jadi, kapitalisme lanjut yang impersonal demikian inilah yang bertanggung jawab atas skizofrenia yang diderita anak-anak seperti merry dan cheryn.
Melepaskan kapal jiwa dan hati nurani anak-anak kita ke tengah lautan kapitalisme lanjut ini, tentu saja seperti melepas biduk kecil ke tengah samudra luas dengan deburan gelombang yang mengerikan. Mereka terapung-apung di tengah masyarakat konsumer. Seperti apa yang penulis tuliskan, bahwa mereka seperti berlayar tanpa arah dan tanpa pengarah (kompas). Lautan kapitalisme global disebut juga sebagai lautan masyarakat konsumer[1]. Masyarakat konsumer adalah masyarakat yang hanya bisa melakukan tindakan konsumsi. Masyarakat yang “taat kepada seperti mayat”. Atau masyarakat yang “taat tanpa kayid” kepada kapitalisme. Konsumsi dalam masyarakat konsumer atau kapitalisme global bukan lagi berlandaskan nilai utilitas (manfaat) dan logika kebutuhan (need). Ia sudah bergeser menjadi logika hasrat, atau nafsu. Logika nafsu/ hasrat ini –di tahapan imajiner- masih memiliki obyek. Yakni sasaran untuk memenuhi nafsu/ hasrat tersebut. Namun sekali kita memenuhi permintaan nafsu/ hasrat, maka muncul nafsu-nafsu yang lebih tinggi tingkatannya. Maka keinginan mengonsumsi bukan lagi karena kekurangan alamiyah, melainkan sudah merupakan sebuah lack. Artinya perasaan kekurangan yang tanpa batas dan tak terkendali. Jika sudah demikian, maka tiada obyek yang dapat memenuhi hasrat/ nafsu.
Lack ini kemudian mengendap menjadi bawah sadar. Sementara kesadaran dan logika hanya sibuk menciptakan nilai-nilai yang melegitimasi tindakan konsumsinya. Nilai-nilai konsumer ini bisa diakses dari rasionalitas logika, dan bahkan dari agama dan kitab suci. Lack terus menerus mendesak-desak dan meledak-ledak di bawah sadar. Sementara nalar dan rasionalitas sibuk terus menerus menciptakan nilai utilitasnya. Hiruk pikuk bawah sadar dan kesadaran logis dalam merespon tawaran produk obyek-obyek hasrat ini menimbulkan histeria dan kepanikan. Sementara obyek-obyek hasrat datang terus menerus silih berganti dalam kecepatan sangat tinggi. Tak ada lagi ruang untuk merenung dan memaknai tindakan konsumsi. Bahkan makna dan nilai itu sendiri akhirnya lenyap dalam kehidupan. Inilah masyarakat konsumer yang skizofren, sebagai mana disebut oleh Lacan. Ia adalah seorang filsuf  dari tradisi psikoanalisa.
Dick Hebdige juga menambahkan bahwa sekarang ini terdapat konsumer-skizofren. Mereka terdisintegrasi, split, dan histeris di dalam badai instan dan kesesaatan. Mereka tak berdaya dan tak mampu mencerna dan memaknainya. Mereka terperangkap dalam badai yang mengharuskan mereka mengganti citra baru tentang dirinya secara terus menerus. Mereka hanyut dalam badai chronos, yaitu berganti dari ini-lalu yang ini- lalu yang ini- lalu yang ini. Fitrahnya lenyap karena tak mampu menemukan jalan menuju kairos. Yaitu kehidupan yang tentram, siklus, mistis, dan bermakna.
Peter York menambahi bahwa dalam masyarakat konsumer-skizofren tidak ada penjelasan mengenai apa yang dikatakan, terlalu banyak gaya, terlalu banyak pilihan, terlalu banyak lakon, terlalu banyak tanda, terlalu banyak peran. Sehingga terlalu banyak juga cermin tempat orang berkaca demi menemukan citra cermin dirinya. Namun celakanya ia hanya menemukan refleksi dirinya berupa pergantian tanpa akhir. Apa yang dipantulkan cermin bukan lagi rangkaian makna-makna hidup. Melainkan citra dirinya yang selalu berganti secara terus menerus. Dalam kondisi tertentu, ketika sang skizofren berada di puncak ketakberdayaannya, ia bisa mengalami tak sadar dan atau pingsan. Ia sama sekali menjadi tanpa daya dan tanpa makna. Ia bahkan tak berdaya untuk meninggalkan dirinya sendiri.

Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Milu edan nora tahan
Yen tan melu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Ndilalah kersaning Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan waspada

                Demikian eyang RNg Ranggawarsita. Ketika harus berhadapan dengan jaman masyarakat skizofren ini. Budi pekerti serba direpotkan. Jika ikut histeria masal kita tak akan tahan. Tapi jika tidak ikut-ikutan histeris, tak bisa memenuhi lack (kaliren, perasaan kebutuhan tanpa batas) yang selalu mendesak. Tapi bagaimanapun juga ketetapan Allah SWT tetap berlaku. Bahwa betapapun beruntungnya orang yang lalai, akan lebih beruntung lagi orang-orang yang takwa dan bersandar kepada Ilahi.
Nah, karena itu membaca novel ini menjadi penting. Anda akan “menyaksikan” sendiri sebuah fakta kultural kontemporer. Yakni bagaimana skizofrenia sistemik dari kapitalisme global, meresap menjadi psikopatologi orang per orang dalam masyarakat konsumer kapitalisme global sekarang ini.  Fakta ini bukan untuk didiskriditkan dan dijauhi. Karena itu tidak mungkin. Melainkan untuk disadari, dan sebagai bahan introspeksi dan koreksi diri.

Ya Allah, ya Rosulullah
Kang sipat murah lan asih
Mugi-mugi aparinga
Pitulung ingkang martani
Ing alam awal akhir
Dumununging gesang ulun
Mangkya sampun awredha
Ing wekasan kadi pundi
Mugi-mugi wontena pitulung Tuwan

Sageda sabar santosa
Mati sajroning ngaurip
Kalis ing reh karuhara
Murka angkara sumingkir
Tarlen meleng malat sih
Sanityaseng tyas mematuh
Badharing sapudhendha
Antuk mayar sawetawis
Borong angga sawarga mesi martaya

                Sekar sinom eyang RNg Ranggawarsita melanjutkan agar segera berserah diri kepada Gusti Allah SWT dan Gusti Kangjeng Nabi Muhammad SAW.  Ya Allah, wahai Kangjeng Rosul. Wahai yang memiliki sifat murah dan asih. Berkenanlah memberikan karunia pertolongan. Dalam segenap alam awal-akhir. Di mana hamba harus hidup. Padahal diri ini sudah renta kelelahan. Tak tahu harus bagaimana lagi. Tak tahu harus kemana lagi. Jika bukan kepada pertolongan Paduka.
                Jadikanlah kami orang yang sabar dan sejahtera. Sanggup meninggalkan gegap gempita dan  gemerlap dunia. Terhindar dari hati yang hiruk-pikuk dan kalut. Tersingkir dari angkaramurka. Ijinkan kami hanya mengharap asih Paduka. Dengan berbekal hati yang patuh. Tersingkapnya segala prahara. Berganti kemurahanMu yang tanpa batas. KepadaMu kami pasrahkan segenap jiwa raga.
Dengan membaca buku ini, anda juga akan menyadari betapa pentingnya meluangkan waktu untuk berlatih berserah diri kepada Tuhan YME. Meninggalkan khawatir dan histeria. Berani keluar dari pusaran hiruk pikuk dan eforia jaman. Berani cool-down, berdiam diri, dan nampak seperti tidak produktif. Lalu merenung dan sejenak melegakan hati dari gegap gempitanya jaman. Dengan kata lain, betapa pentingnya sejenak meluangkan waktu untuk uzlah, menyepi, atau i’tikaf. Selamat membaca.

Ki Herman Sinung Janutama
Sapen, Selasa Kliwon, 15 Agustus 2012



[1] Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna, Jalasutra, 2003, hal. 143-152.

Kamis, 08 November 2012

KATA MEREKA

Mereka membaca dan Mereka menilai BERLAYAR TANPA KOMPAS





“Membaca beberapa lembar awal Novel Berlayar tanpa Kompas ini, saya masih bisa tersenyum dan mengatakan bahwa penulisnya adalah orang yang sakit jiwanya. Namun di lembat-lembar akhir, saya jadi berfikir ulang…. Pembacanya pasti juga sedang sakit jiwanya. Dan ketika mengakhiri membaca novel ini, saya seakan ingin cepat-cepat memberitahu anak perempuan saya yang baru berusia 10 hari “Selamat menempuh Bahtera Kehidupan baru di Dunia yang masyarakatnya sedang sakit ini nak…, jadikan buku ini sebagai petunjuk awal mencari kompas dalam pelayaranmu, ingatlah nak… meski sudah kau dapatkan Kompas itu, kadang angin tak selalu berpihak pada kita. namun kau harus tetap istiqomah”

Atau yang lebih simple :

Ditulis oleh jiwa yang sakit untuk masyarakat sakit jiwa yang suka menjual papan penunjuk arah dibalik punggungnya.”(Je Elysanto, Pencipta Lagu-lagu Genk Kobra)

“Sebuah kisah yang menarik tentang pencarian makna kehidupan di tengah arus budaya modern yang serba membingungkan ini. Bisa menjadi cermin dan pembelajaran yang berguna bagi siapapun yang membacanya”
(Mohammad Zazuli, Penulis Best Seller “Syekh Siti Jenar-Mengungkap Misteri dan Rahasia Kehidupan)

“Pengekangan selalu membutuhkan energi. Pengekangan terhadap masa lalu yang dirasa kelam tak ubahnya menutupi ‘borok’ luka.
Sesaat luka tidak terlihat tapi dalam jangka panjang kita hanya membuatnya semakin bernanah.

Penulis melakukan salah satu langkah pembebasan diri yang luar biasa dari pengekangan batin melalui kejujurannya mengungkapkan kisah hidupnya dalam buku ini. Bukan pekerjaan yang mudah, tapi begitu keberanian terkumpul, apa yang tadinya dianggap aib diri berubah menjadi makna mendalam yang dapat dibagikan untuk memperkaya kehidupan sesama.

Dan pada akhirnya keberanian membuka penutup luka itulah yang akan membawa setiap orang pada penyembuhan diri yang sesungguhnya. Membaca buku ini saya merasa melihat keberanian melenggang dalam alur yang indah.”

(Wahyu Bramastyo, Konselor , Penulis “ Depresi No Way” & “ Biarkan Hujan Menyembuhkanmu”)


“Keseluruhan alur cerita dikemas secara lugas. Ada beberapa bahasa yg kurang dapat dimengerti karena perbedaan faktor budaya. Tapi itu bukan alasan buat ga nikmatin isi cerita. “
(Rumaisya Maharani Ismail, 22th, Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang)

“Wow! Cerita mainstream yg jarang diangkat menjadi cerita dalam novel. Kendala dalam membaca hanyalah bahasa daerah yg diselipkan ke dalam naskah. Emosi cukup termainkan. Bagus!”(Muhammad Jusuf, 22th, Mahasiswa IT  Universitas Bina Nusantara, Jakarta)

“Buku yang luar biasa, masing-masing kisah mengandung muatan perasaannya yang kuat, penggunaan sajak puisi maupun lagu disini semakin memperkuat emosi yang ingin dimunculkan, disisi lain saat mengikuti alur kisah-kisah yang bercerita disini, pikiran kita dijernihkan, sudut pandang kita diajak berkeliling kesisi yang sebelumnya mungkin belum pernah kita datangi dalam memandang suatu hal. Jika anda ingin mengenal suatu langkah yang akan membawa anda pada suatu transformasi, maka buku ini akan menjadi pilihan yang tepat.”
(Leonar Yogi,  Owner  Sekolah Kehidupan , Therapist & Divination Master)

“ Damn! Adalah kata pertama yang muncul di kepala saat selesai membaca tulisan ini. Saya merasa tertampar! Saya tergurui secara psikologis!”
(Patricia Julensky, Mahasiswi Fakultas Psikologi UNISSULA-Semarang)
“Membaca Berlayar Tanpa Kompas adalah kerelaan kita menceburkan diri di laut yang niscaya, kita akan benar-benar tidak bisa bertanya kita akan dibawa kemana.”(Arif Fitra Kurniawan, Penyair dan Penulis dari Komunitas Sastra Semarang ‘Lacikata’ )

BERLAYAR TANPA KOMPAS (lanjutan)



Malam Melepas Bayu
24 Mei 2011 jam 20:18
Bayu...
Malam ini aku katakan, "aku relakan kau pergi"
Ku titipkan rindu pada desir angin yang menemani malam-malamku hari ini dan sebelumnya
Ku ingin amnesia atas kenangan kita
Di mana hanya ada kau, aku, dan penantian tuk bersama

Kini kau telah mengukir (ingkar) kisah terindah dalam hidupmu di atas janji yang kau ucap atas nama Sang Maha Pencipta keindahan
Dan membiarkan tiap lembar kitab petunjuk kehidupan bersaksi
ya...
hanya menjadi saksi saja
tanpa bicara sepatah kata pun

Bayu...
1500 hari jadi kematianku
Bahkan lebih dari apa yang terhitung olehku
di mana aku terkubur bersama air mataku

Bayu...
jika ada yang bertanya tentang cintaku
katakanlah, "cintaku telah habis untukmu!"

Malam ini aku melepasmu pergi bersama kisahmu yang baru bersamanya
dan aku akan tetap berjalan pada hamparan padang pasir yang panas
hingga ku temukan mata air di sana
membuka harapan baru dengan mantra
merajutnya dengan do'a pada Sang Maha Keindahan
"ALLAH, BERILAH AKU HATI YANG BARU AGAR AKU TERLEPAS DARI KEMATIAN DALAM HIDUPKU"


AKU DAN RENGGA

Jalanku kembali gelap setelah aku berkenalan dengan seseorang yang tidak mengerti akan isak tangisku. Dirinya hanya memanjakan dan mementingkan hawa nafsunya saja tanpa berfikir apa yang akan terjadi pada diriku nantinya.
Malam itu aku mendatangi seorang lelaki yang aku kenal melalui Facebook. Arengga namanya. Rengga panggilannya. Aku mendatangi dengan niat silaturahmi saja dan tak sedikit pun berfikiran buruk padanya meski aku sudah mengetahui sedikit kisah masa lalunya. Namun apa yang terjadi, saat mengantarkan aku pulang ke rumah, Mas Rengga tidak langsung menuju ke rumahku. Di jalanan yang gelap itu aku hanya bisa merintih bathin dan akhirnya kami sampai di sebuah motel di daerah terpencil. Di dalam kamar motel aku menangis, memohon-mohon padanya untuk tak melakukan hal buruk padaku.  
“Mas, aku mohon…meski pun kita memiliki masa lalu yang sama dan  kita sudah sama-sama tahu tentang masa lalu kita, bukan berarti kita harus melakukannya”
Mas Rengga tidak menanggapiku , “aku kan sudah pernah bilang, semua pacar-pacarku pasti pernah tidur denganku…kalau kamu tidak suka, silahkan kamu pulang sendiri.”
Mas Rengga terus berusaha berkata-kata hingga membuatku tak mampu berkutik sedikit pun. Hingga dengan keterpaksaan aku melayaninya.
“aku suka denganmu yang seperti ini, tidak munafik.” kata Mas Rengga.
Namun aku berusaha menghadapi hari-hariku seolah tak pernah terjadi apapun jua antara aku dan dia hingga tiba keberangkatanku ke kota Debus. Alangkah terkejutnya aku, sore itu dia hadir seolah ingin mengantarkanku dan aku menaruh harap padanya.
Di perjalananku ke kota Debus, aku bertanya kenapa cobaan ini menghantui langkah yang telah aku susun kembali, dan apa yang harus aku lakukan. Hah lagi, lagi aku kembali pada niat awalku sebelum aku bertemu dengannya. Aku hanya ingin berhubungan baik dan insyaallah menikah dengan dia.
Woooow ternyata menjadi orang baik itu berat, butuh hati yang lapang…
Ya Allah, meski malam itu sudah menjadi pergumulan antara aku dan dia, namun dia masih tak menganggapku sebagai kekasihnya…sebegitu rendah kah aku?
Bahkan aku harus mengorbankan hatiku tuk melihat dia memasang foto wanita lain di Facebooknya… ’

-Mas Rengga, andai kamu tahu betapa berat ini aku rasakan…karena bukan apa-apa, semua jalan sudah buntu…pikiranku buntu, perasaanku pun sama…Aku tahu aku punya masa lalu yang kelam, dan aku sudah menceritakan padamu apa adanya aku karena aku hanya ingin kamu mendengar dariku langsung…namun ternyata aku salah…
Mas Rengga, ini salahku…ini bukan lagi cinta tulus seperti inginmu…ini cinta yang ternoda oleh hawa nafsu diri kita…
Kamu dan aku sama…kita terjebak di dunia bebas yang sembrono…manusia modern yang keblinger…
Mas Rengga, aku hanya ingin tenang…aku tak ingin jadi sarang penyakit dan sumber kenistaan bagi orang tuaku juga bagi orang lain, termasuk Mas Rengga dan keluarga Mas Rengga
Dan aku bukan orang yang sabar dalam hal ini…karena ini menyangkut kehidupan orang banyak…
Suatu hari Mas Rengga akan mengerti dan memahaminya…semoga pintu hidayahNYA akan terbuka dan terangi qolbu Mas Rengga…amin

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” [Q.S. Al-Qashash:56].

Qs. Al-Baqarah : 216
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”

Sebenarnya….
“Aku hanya butuh sedikit pelukan hangat dan kecupan di kening untuk membuatku nyaman…No more!!!”
Hari-hari kulalui bersama Mas Rengga dengan delusi yang semakin kuat…ketakutan-ketakutanku pada Allah semakin memperkuat delusiku…Aku resah pada diriku yang tak mampu mengkontrol diri sendiri, aku takut pada diriku…Tapi akhirnya secercah harapan melambung dalam otakku…membuatku berani menghadapi kenyataan hidupku yang penuh kekurangan…
Hingga… “Mas, aku ingin kita menikah segera. Ijinkan aku bicara dengan orang tuamu tentang apa yang terjadi antara kita. Aku tidak kuat jika harus terus-menerus seperti ini. Sementara kamu punya track record sebagai orang yang mudah saja melupakan perbuatanmu. Dan selalu tak ingin disalahkan! Apa kamu pikir, perbuatanmu tidak menyakiti? Gampangnya meniduri wanita dengan cara kamu jadikan pasanganmu lalu dengan alasan tidak cocok kamu tinggalkan mereka?”
Aku mencoba memberanikan diriku tuk bicara pada kedua orang tua Mas Rengga, aku katakan, “Maaf Ibu, Bapak, saya ingin menikah segera karena hubunga saya dengan Mas Rengga sudah terlanjur jauh…saya tidak ingin terus-menerus berbuat zina…namun jika saya tidak dinikahkan, saya tak mengapa…asalkan saya putus dengan Mas Rengga”

Wong lanang ilang kaprawirane
Wong lanang linggih plangki
Akeh wong lanang ora duwe bojo
Wong wadon nglamar wong lanang

Kelak di masa depan pada jaman terbalik maka kaum pria akan kehilangan jiwa ksatrianya. Tidak seperti di jaman kuno tatkala kaum wanita naik tandu sedangkan kaum prianya naik kuda, maka di jaman terbalik tersebut kaum prianya justru menaiki tandu atau menggunakan sopir pribadi untuk bepergian ke mana-mana. Kaum pria yang telah tidak lagi berjiwa ksatria itu tidak berani beristri karena takut untuk melamar dan menikah dengan berbagai alasan: ekonomi, patah hati, tidak sederajat, tidak berani bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, dan sebagainya. Kelak di masa depan malahan kaum wanita tidak malu-malu lagi mendahului menyatakan cintanya kepada pria idaman hatinya.

Kakung putri ing reh pala krami
Sumawana kang samya jajaka
Lamun tembe pikramane
Aywa tinalyang wuwus
Wasitane mengku pawestri
Ywa dumeh yen wong priya
Misesa andaku
Mring darbeking wanodya
Palakrama nalar lan kukum kang dadi
Yen tininggal temah nista
Putera maupun puteri yang telah mencapai tingkat umur dewasa, hendaklah menikah atas dasar pertimbangan nalar dan atas dasar kesadaran hukum atau peraturan yang berlaku. Jika ia menikah tidak atas dasar demikian, niscaya akan hidup dalam kenistaan.
(Serat Warayagnya dan Darmalaksita)
Akhirnya orang tua Mas Rengga pun mempertimbangkan pendapatku dan kami  akan menikah…
Namun sayang,  dalam proses pernikahan, hubungan Cheryn dengan Mas Rangga penuh dengan intrik…masalah demi masalah hadir dan membuat kami semakin menjauh…Cheryn menahan sakit dan  menjadi over sensitive, juga mudah tersinggung dan marah…Sementara Mas Rengga, tak pernah mau tahu dan cuek terhadap Cheryn…sikap Mas Rengga yang cenderung dingin ini, membuat aku berfikir bahwa ia tidak benar-benar mencintaiku dan hanya terpaksa melanjutkan hubungan…
                Dalam do’a Cheryn : “Ya Allah berilah kemudahan dalam hubunganku dengan Mas Rengga, dekatkanlah kami…ikatlah hati kami dengan tali kasih sayangMU…Ya Allah, seandainya memang kami harus berpisah,  pisahkanlah kami dengan jalan yang terbaik, jalan yang tiada menyakiti hati kami”
  
AKU DAN ROBB

Ya Robb, aku ingin keluar dari lembah ini…di sini gelap dan hanya aku seorang diri…
Lepaskan aku Ya Robb dari nestapa ini…jiwa ini lelah berjalan pada jalan yang salah selama belasan tahun…
Ini salahku, salahku yang tak pernah mengerti atas pengajaranMU…aku tak ubahnya seperti keledai…bahkan aku keledai bodoh!
Sudah tahu jalan berlubang, masih saja aku lewati…berkali-kali…Ya Allahhhhhhhhhh
Aku ingin MEMUTUS jalan ini, aku hanya ingin jadi hambaMU yang berada di jalan kebenaranMU…tuntunlah aku tuk kembali ke jalanMU ya Allah...

Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut; Al Israa' 17:32, Al A'raaf 7:33, An Nuur 24:26. Dalam hukum Islam, zina akan dikenakan hukum rajam.
Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:
Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela (tidak dipaksa, tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.
Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian diasingkan selama setahun
Al A’raaf  33 “ Tuhan hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan dzalim tanpa alasan yang benar dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan DIA tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui”

Al Israa 32 “ Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu jalan yang buruk”

An Nuur 26 “ Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).


TIGA

 Ke Kota Debus

Hukuman rajam pada kehidupan nyata adalah lemparan batu sebagai peringatan…hal itu bisa dalam wujud diberi kesusahan yang terus menerus, kegelisahan hati…derita-nestapa yang tak berujung hingga pelaku menyadari akan perbuatannya dan “berfikir”…Hukuman pengasingan di sini, Cheryn harus mengasingkan diri ke kota Debus , bekerja sebagai kuli tinta…

KOMPLEK KULI TINTA
REREONGAN, sebuah ruangan kecil di belakang kantor Dewan adalah tempat Kuli Tinta berkumpul pagi hingga siang hari sebelum masing-masing menulis beritanya di sebuah tempat nongkrong dengan fasilitas hot spot sekitar alun-alun..kawasan ini aku beri nama KOMPLEK KULI TINTA 
Desember 2010
THERE IS  A GOD...

berkata seorang kakak kepada adiknya ..

"tak perlu jauh-jauh jika kau ingin belajar agama,...aku akan membantumu!" tukas sang kakak
"ah...tidak, karena kau hanya senang dengan siluet wanita montok saja" sahut si adik dengan polos

cobalah kau rubah pola pikirmu...
wanita itu indah...DAN LEBIH DARI ITU...
pahamilah setiap bagian tubuhnya...dan setiap lekuk yang ada...
hal itu bisa membawamu mengerti dan percaya bahwa TUHAN itu ADA...there is  A GOD...

mengapa hidung diletakan dengan posisi lubang menghadap ke bawah???,tanya si kakak lagi...
kenapa, untuk apa,kak?,tanya balik si adik..

dengarkan aku...

bayangkan lah jika hidungmu diletakkan dalam posisi terbalik...maka kau akan susah payah jika hujan datang!

pikirkan juga mengapa rambutmu bisa panjang melebihi bulu-bulu lain yang ada...

SEMUA PENUH KETERATURAN

SIAPA YANG BISA MENGATUR ITU SEMUA JIKA BUKAN TUHAN? 
INDAH BUKAN???

Cheryn saat itu seperti menemukan sebuah jawaban tentang Tuhan tapi ia tak menemukan jawaban tentang agama. "aku mencari tahu, bagaimana cara beragama yang baik, cara mendekatkan diri pada Tuhan karena selama ini yang aku tahu semua orang beragama tapi mengapa bukan ketenangan yang terjadi, melainkan ketegangan-ketegangan yang mengatasnamakan agama yang terjadi? Bukankah Tuhan itu hanya satu?"


HIDUP ITU UNTUK BERSUSAH PAYAH
Oktober 2010
Judule KERJA di TV

jebul-jebul isi critane rada abot, angel sisan...Maklum, awakku uripe kecukupan...Kabeh serba ada...Dan segala sesuatu selalu disiapkan Mami & Papiku tercinta...
1.Prepare ke kota Debus
2.BerADAPTASI dengan tempat yg baru dgn bahasa yg asing (SUNDA geto loh)
3.Profesi baru yg sama sekali aku gak tau ilmunya
4.Belajar MANDIRI (umbah-umbah dhewe, resik-resik omah dhewe, nek loro tuku obat dhewe)
5.NGATUR DHUWIT dhewe
6.NGGOLEK PETURONAN
7.PASEDULURAN, KEKANCAN
8.de el el

MAKJEGAGIG...

Ngene iki jenenge urip tenan... "HIDUP ITU UNTUK BERSUSAH PAYAH"...Isine berusaha terus sa'ben dina...Sinau, sinau, lan sinau...Nimba ilmu...Ilmu dari Yang Maha Hidup...Ngupaya urip , piye carane ben urip terus nanging lewat cara sing nggenah...Segala sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan manusia kepada TUHAN setelah lahir dan mengenal dunia...

GEBRAKKAN PAGI HARI
September 2010

owhhhhhhhhh...kepalaku seperti tersambar sesuatu...dan sakit sekali

tiba-tiba kemarin pagi, selepas aku menyapu, mengepel dan mencuci bajuku di kontrakkanku,rumah tipe 45 dengan 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi, otakku membuka file film percakapan antara aku dan Mayor Angkatan Laut itu...
Film yang tersusun dalam file itu mulai terputar...satu per satu ku cermati lagi hingga selesai...perjalananku menuju ke Kota Debus dan faktor-faktor pendukungnya...hahhhhhhhhhhhhhhhhhh...

tak terasa air mataku mengalir...dan kesedihan akibat penyesalan selimutiku...bagaimana tidak, aku berkata pada Mayor yang juga Tanteku itu, " aku jenuh dengan masalah-masalah yang terjadi di rumah...belum lagi dengan keluhan-keluhan Papi...sakit inilah sakit itulah...uang minimlah...ada saja yang jadi keluhan beliau...sedang beliau tidak mengerti, bagaimana aku terus memotivasi diriku untuk membahagiakannya meskipun penuh dengan tekanan-tekanan yang ada...meski aku sakit parah, aku tetap ingin bahagiakan ortuku, tante!"

Airmataku semakin deras...semakin erat rasa bersalahku...Aku lupa bahwa ORTUku sudah tidak muda lagi, terlebih Papi yang (mungkin) mengalami Posh Power Syndrome karena baru saja pensiun dari pekerjaannya...

Ya Allah , ampuni diriku, maafkan diriku , rahmatilah aku...
Aku menghitung kesalahan ortuku karena rasa kesal akibat tidak pernah mendapat yang sesuai keinginanku tapi aku lupa menghitung :
- berapa uang susuku
- berapa uang pendidikanku
dan
- berapa uang jaminan kesehatan lahir bathinku

" JANGAN MENGHITUNG KEBURUKAN TAPI HITUNGLAH BERAPA KENIKMATAN YANG TELAH TUHAN LIMPAHKAN PADA DIRI KITA MELALUI TANGAN KEDUA ORANG TUA KITA"